Setiap aktifitas manusia menghasilkan
sampah. Jumlah atau volume sampah yang dihasilkan tersebut sebanding dengan
tingkat konsumsi manusia terhadap barang dan material yang digunakan
sehari-hari. Kementerian Lingkungan Hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia
menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah
total penduduk. Sementara itu, data dari Dinas Tata Kota Kabupaten Sarolangun
mencatat jumlah sampah per tahun 2011 yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Tambak Cino adalah 9.651 m3.
(Dinas Tata Kota Kab. Sarolangun, 2012).
Sampah plastik merupakan jenis sampah yang
tidak dapat terurai dengan mudah di dalam tanah atau jika terurai membutuhkan
waktu yang lama, sehingga perlu ditangani dengan serius. Telah banyak cara yang
dilakukan untuk mengurangai jumlah volume sampah seperti dengan mengubah sampah
plastik menjadi bahan kerajinan tangan, mengolah kembali menjadi plastik sehingga
dapat digunakan kembali. Namun, dengan cara penanggulangan tersebut masalah
masih belum menunjukkan bukti yang signifikan. Hal ini bisa dibuktikan dengan
masih banyaknya sampah yang menumpuk d TPA yang belum di daur ulang atau
pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik.
Sekolah merupakan salah satu sarana yang
berkontribusi menambah volume sampah. Sampah plastik kadang bertebaran di
lingkungan sekolah sehingga dapat mengganggu proses belajar dan menjadi bibit
penyakit karena sampah plastik akan menyebabkan genangan air yang dapat menjadi
media perkembangbiakan bibit penyakit. Berdasarkan hal tersebut telah banyak
hal yang dilakukan masyarakat di lingkungan sekolah untuk menjaga lingkungan
sekolah tetap bersih dan sehat seperti mengajak siswa membuang sampah pada
tempatnya dan melakukan gotong royong membersihkan sekolah setiap 2 minggu
sekali.
Masyarakat di lingkungan sekolah menyadari
bahwa kebersihan sekolah menjadi salah satu aspek penting yang menunjang proses
belajar mengajar di sekolah. Hal ini dikarenakan lingkungan yang bersih akan
menciptakan kenyamanan saat berada di lingkungan sekolah sehingga siswa akan
lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
Namun,
kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah hanya sekedar menjaga kebersihan.
Belum banyak sekolah yang melakukan
pengolahan sampah yang ada di lingkungan sekolah. Padahal, jika pengolahan
sampah dilakukan akan banyak manfaat yang diperoleh seperti meningkatkan
kreativitas siswa dalam pemanfaatan sampah menjadi kerajinan atau barang baru
yang bernilai ekonomis.
Berkaitan dengan sistem pengelolaan
persampahan, dasar pengelolaan mengedepankan pada minimasi sampah dan
pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah
tersebut juga harus didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat di lingkungan
yang tinggi mengingat perilaku masyarakat sekolah merupakan variable
penting.
Mengingat banyak manfaat yang akan diperoleh dari pengolahan sampah. Hal
inilah yang mendasari
pengolahan sampah plastik menjadi paraffin yaitu bahan baku pembuatan lilin. Alat
dan bahan yang digunakan dalam pengolahan sampah plastik ini merupakan
bahan-bahan yang mudah didapatkan di sekitar kita dan dapat diambil dari bahan
yang sudah tidak terpakai lagi namun masih dapat kita manfaatkan kembali.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu sampah
plastik jenis Polypropylene(PP) 5, Gelas air mineral 220 ml 440 ml;
kaleng biskuit; pipa besi sepanjang 3,5 m ; lem besi; tabung gas; cetakan lilin; dan benang kasur. Sampah
plastik yang digunakan adalah plastik jenis Polypropylene(PP)
yaitu plastik yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Barang dengan
kode ini merupakan pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang
berhubungan dengan makanan dan minuman. Jenis plastik yang digunakan adalah plastik
jenis Polypropylene(PP) karena
jenis plastik ini termasuk jenis plastik yang aman untuk di daur ulang dan akan
menghasilkan paraffin yang lebih bagus dan jernih.
Langkah – langkah membuat alat pengubah
sampah plastik menjadi parafin yaitu sebagai berikut :
1. Buatlah pipa besi sepanjang 3,5 m menjadi
pipa besi destilasi sederhana.
2. Buat lubang pada tutup kaleng biskuit
dengan ukuran yang sama dengan diameter
pipa besi ± 4 cm
3. Masukkan sampah plastik kedalam kaleng
biskuit
4. Tutup kaleng dengan tutup yang telah
dimodifikasi dengan pipa besi destilasi sederhana.
5. Alat pengubah sampah plastik menjadi
minyak mentah siap digunakan.
Langkah – langkah
destilasi
1.
Bersihkan
limbah plastik dari kotoran yang menempel karena akan berpengaruh terhadap
hasil lilin yang akan didapatkan.
2.
Masuk
dan padatkan limbah plastik kedalam kaleng yang telah disiapkan untuk proses
destilasi
3.
Masukkam
limbah plastik ke dalam kaleng biskuit dan padatkan sehingga ruang diantara
biskuit tidak ada.
4.
Panaskan
selama 45 menit sehingga limbah plastik tersebut meleleh dan akan berubah
menjadi gas dan akan menghasilkan minyak
5.
Setelah
pemanasan tersebut akan menghasilkan zat sisa yaitu parafin yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan lilin.
6.
Tuangkan
cairan parafin kedalam cetakan bambu yang telah disiapkan, kemudian dinginkan
sekitar 1 jam untuk memastikan lilin tersebut benar-benar telah kering.
Dengan adanya pengolahan sampah plastik menjadi
paraffin bahan baku pembuatan lilin diharapkan hal ini dapat menjadi salah satu
inovasi pengolahan sampah dalam meminimasi jumlah sampah di lingkungan sekolah
sehingga dapat menciptakan kenyamanan dalam proses belajar mengajar. Selain itu
produk yang dihasilkan dari pengolahan sampah tersebut dapat bernilai ekonomis
dan mudah dilakukan sehingga seluruh masyarakat sekolah dapat melakukan
pengolahan sampah tersebut dalam rangka menjaga lingkungan sekolah yang bersih
dan sehat.
Gambar 1. Sampah plastik
Polypropylene (PP) 5
Gambar 2. Proses
pembersihan
Gambar 3. Proses
destilasi sampah plastik
Gambar 4. Proses
pencetakan lilin
Gambar 5. Lilin hasil
destilasi sampah plastik
Gambar 6. Minyak hasil
destilasi
Waduh bro kalo di jadi kan lilin hasil dari pembakaran lilin nya kira-kira berdampak buruk gak sama tubuh?
BalasHapus